Minggu, 20 Oktober 2013

Proses Pengambilan Keputusan oleh Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
Setiap melakukan suatu tindakan,mengambil sebuah keputusan merupakan hal yang paling penting untuk menentukan apakah hal tersebut dapat berdampak baik atau buruk bagi kita,seperti keputusan dalam memilih sekolah,keputusan dalam memilih karyawan,keputusan dalam membeli sebuah barang dan lain-lain. Dan disini kita akan membahas bagaimana proses pengambilan keputusan oleh konsumen. Proses pengambilan keputusan terdiri dari lima langkah, antara lain :
o    Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan mucul disaat konsumen mengahapi suatu masalah, dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kebutuh harus diaktifkan sebelum dikenali.
Faktor yang mempengaruhi pengaktifkan kebutuhan,yaitu:
1.     Waktu,konsumen yang terbiasa makan pagi,maka secara otomatis ia akan merasa lapar lagi pada siang hari.
2.    Perubahan situasi,konsumen yang melahirkan akan mengenali banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi.
3.    Pemilikan produk,memiliki suatu produk seringkali membuat konsumen tersebut menginginkan kebutuhan yang lain.
4.    Konsumsi produk,disaat produk yang digunakan konsumen tersebut sudah habis,maka konsumen itu akan membeli lagi produk yang sama.
5.    Perbedaan individu,pemikiran dari konsumen memiliki perbedaan dalam memilih sebuah produk,seperti konsume A membeli handphone karena handphone yang lama sudah rusak sedangkan konsumen B membeli handphone karen ingin mengikuti trend.
o     Pencarian Informasi
Setelah mengenali apa yang dibutuhkan konsumen tersebut,maka sekarang konsumen akan memulai proses pencarian infromasi tentang produk-produk yang konsumen butuhkan. Ada dua jenis proses pencarian informasi,yaitu:
o    Pencarian Internal
Konsumen akan memutar kembali semua memori-memori mengenai informasi merek-merek produk yang kemudian akan dipisahkan kedalam tiga kategori,yaitu perangkat pertimbangan (merek-merek atau produk yang diterima konsumen),perangkat lambat (merek-merek atau produk yang diacuhkan konsumen),perangkat tak layak (merek-merek atau produk yang dianggpa tak layak).
o    Pencarian Eksternal
Merupakan pencarian informasi melalui sumber-sumber luar, seperti bertanya pada teman atau penjual yang menjual produk tersebut,melihat iklan,membaca surat kabar.
o    Evaluasi Alternatif
Setelah konsumen mendapatkan berbagai macam informasi mengani produk yang dibutuhkan, maka konsumen akan mengevaluasi alterntif yang ada untuk mengatasi permahasalan yang dihadapi. Dalam menentukan alternatif pilihan terdiri dari 6 teknik,antara lain :
o    Teknik Kompensatori
Kelebihan suatu atribut dari sebuah merek dapat menutupi kelemahan dari atribut lainnya. Konsumen akan mengevaluasi keselurah atribut yang dimiliki suatu merek, lalu konsumen tersebut akan memberikan penilaian secara keseluruhan.
o    Teknik Non Kompensatori
Berbeda dengan teknik kompensatori, sebuah atribut merek ynag memiliki nilai yang tinggi tidak bisa menutupi atribut merek yang memiliki nilai yang rendah.
o    Teknik Leksikografik
Kosumen akan mengevaluasi merek alternatif berdsarakan atribut yang paling dianggap penting.
o    Teknik Pengurangan Bertahap
Teknik ini sama seperti teknik Leksikografik, tapi memiliki perbedaan dimana teknik ini menetapkan bahwa nilai minimal atau standar merupakan atribut yang paling dianggap penting
o    Teknik Konjungtif
Konsumen akan menetepkan batas minimum standar atau nilai untuk setiap atribut yang dievaluasi
o    Teknik Disjungtif
Teknik ini memiliki persamaan dengan teknik Konjungtif,bedany teknik ini akan memilih merek yang mempunyai nilai yang tertinggi pada salah satu atribut dari merek tersebut
o    Keputusan Pembelian
Di tahap ini konsumen membuat sebuah keputusan setelah mengevalusi alternatif yang ada. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
o    Evaluasi Pasca Pembelian
Proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.
Dalam proses pengambilan keputusan terdapat 5 faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen,antara lain :
1.    Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2.    Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamnya terhadap rangsangan tersebut.
3.    Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.    Intergrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa dalam mengambil keputusan,seorang konsumen harus melewati 5 tahap yang sudah dijelaskan diatas,hal itu bertujuan untuk mengtahui produk apa yang benar-benar menjadi kebutuhan kita sehingga tidak ada penyesalan saat kita telah membeli produk tersebut. Dan dalam proses pengambilan keputusan juga terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan kita.


Pengelolaan Sampah di Jepang

Kebersihan mungkin adalah suatu kata yang hampir bosan kita dengar karena sudah didengungkan ke telinga kita sejak masih kecil hingga usia dewasa. Kebersihan seakan jadi mimpi tak berwujud bagi sebagian penduduk Indonesia. Suatu kata yang begitu indah didengar tetapi begitu sulit diwujudkan. Bahkan kota yang mempunyai jargon “kota bersih” di embel-embel namanya juga tidak lepas dari sampah berserakan. Bagi sebagian orang, membuang sampah adalah membuang sampah dalam arti yang sebenar-benarnya, dibuang begitu saja tanpa peduli lagi dengan dampaknya ke lingkungan sekitar, yang penting sampah itu jauh darinya.
Persoalan sampah mungkin menjadi masalah tanpa solusi bagi negara-negara berkembang, namun tidak bagi negara maju. Di Jepang persoalan sampah mendapat perhatian serius pemerintah dengan menerapkan aturan yang ketat dalam hal pembuangan sampah. Menurut beberapa sumber, pada era 1960-an kondisi kota Tokyo tidak jauh beda dengan kondisi kota-kota di Indonesia dengan sampah yang berserakan. Namun jangan pernah membayangkan hal yang sama terjadi di era sekarang. Mungkin banyak di antara anda pengunjung blog ini, yang begitu tercengang melihat kebersihan lingkungan di Jepang, manakala melihat beberapa tayangan foto yang saya tampilkan di halaman ” Japan Corner” blog ini. Sampah berserakan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pemandangan harian beberapa sudut kota di Indonesia bukanlah pemandangan yang mudah dijumpai di Jepang atau boleh dibilang hampir mustahil ditemukan karena saking bersihnya.

Sebagai bagian dari keseharian anda di Jepang, memahami tentang aturan membuang sampah adalah hal yang harus anda lakukan sejak hari pertama anda menginjakkan kaki anda di negera matahari terbit ini. Tiap-tiap daerah di Jepang mempunyai aturan yang sedikit berbeda satu sama lain, tergantung Tempat Pengolahan Sampah terpadu yang tersedia di daerah tersebut.
Jika anda belum mampu membaca tulisan Jepang, perhatikan saja gambar yang ditampilkan, yang menunjukkan pengkategorian sampah dilihat dari jenisnya. Masing-masing sampah tersebut sudah diatur sedemikian rupa kapan jadwal pembuangan sampah bisa dilakukan dan bagaimana cara membuangnya. Jika kita membuang sampah tidak pada hari yang ditentukan, petugas sampah tidak akan mengambil sampah yang kita tempatkan di bak sampah kita dan umumnya diberi peringatan yang ditulis di bak sampah tersebut kalau kita salah membuang sampah. Dalam beberapa kasus (tergantung daerahnya) jika pelanggaran itu dilakukan berulang-ulang akan ada hukuman berupa denda.
Pengetahuan tentang bagaimana cara membuang sampah dengan cara memisahkan sampah sesuai jenisnya tidak hanya diperlukan bagi mereka yang tinggal di jepang dalam periode lama saja. Bagi anda yang melakukan kunjungan singkat ke Jepang untuk keperluan seminar atau rekreasi misalnya kebiasaan ini juga harus anda perhatikan. Umumnya di tempat-tempat umum di Jepang tersedia tempat sampah untuk membuang sampah, yang terdiri dari berbagai macam tempat sampah berdasarkan jenis sampah yang boleh ditaruh. Ada tempat sampah untuk sampah yang bisa dibakar, ada tempat sampah untuk sampah yang tida bisa dibakar, ada tempat sampah untuk botol dan kaleng, dan sebagainya.

Sekitar 20 tahun lalu, orang Jepang belum melakukan pemilahan sampah. Di tahun 1960 dan 1970-an, orang Jepang bahkan masih rendah kepeduliannya pada masalah pembuangan dan pengelolaan sampah.
Saat-saat itu, Jepang baru bangkit menjadi negara industri, sehingga masalah lingkungan hidup tidak terlalu mereka pedulikan. Contoh terbesar ketidakpedulian itu adalah terjadinya kasus pencemaran Minamata, saat pabrik Chisso Minamata membuang limbah merkuri ke lautan dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan warga sekitar yang makan ikan dari laut sekitar Minamata menjadi korban.  Di tahun 2001, tercatat lebih dari 1700 korban meninggal akibat tragedi tersebut.
Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan, menjadi bagian dari tumbuhnya industri Jepang. Di kota Tokyo sendiri, limbah dan sampah rumah tangga saat itu menjadi masalah besar bagi lingkungan dan mengganggu kehidupan warga Tokyo.
Barulah pada pertengahan 1970-an mulai bangkit gerakan masyarakat peduli lingkungan atau “chonaikai” di berbagai kota di Jepang. Masyarakat menggalang kesadaran warga tentang cara membuang sampah, dan memilah-milah sampah, sehingga memudahkan dalam pengolahannya. Gerakan mereka menganut tema 3R atau Reduce, Reuse, and Recycle.  Mengurangi pembuangan sampah, Menggunakan Kembali, dan Daur Ulang.
Gerakan tersebut terus berkembang, didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di Jepang. Meski gerakan peduli lingkungan di masyarakat berkembang pesat, pemerintah Jepang belum memiliki Undang-undang yang mengatur pengolahan sampah. Bagi pemerintah saat itu, urusan lingkungan belum menjadi prioritas.
Baru sekitar 20 tahun kemudian, setelah melihat perkembangan yang positif dan dukungan besar dari seluruh masyarakat Jepang, Undang-undang mengenai pengolahan sampah diloloskan Parlemen Jepang
Bulan Juni 2000, UU mengenai Masyarakat Jepang yang berorientasi Daur Ulang atauBasic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society disetujui oleh parlemen Jepang. Sebelumnya, pada tahun 1997, Undang-undang Kemasan Daur Ulang atau “Containers and Packaging Recycle Law” telah terlebih dahulu disetujui oleh Parlemen.
Rahasia Sukses Jepang
Dari beberapa hal tersebut, setidaknya terdapat tiga rahasia sukses Jepang dalam penanganan sampah rumah tangga. Pertama, tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang. Hampir semua orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.
Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti “chonaikai” melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sukarelawan ada yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara penanganan sampah.
Kedua, munculnya  tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas penanganan sampah di Jepang.
Saya pernah melihat orang Jepang yang sedang mabuk di kereta sambil memegang botol bir. Saya mengikuti saat ia keluar dari kereta. Dia celingak celinguk mencari tempat sampah. Menariknya, dalam keadaan mabuk, ia masih membuang sampah, bukan hanya di tempatnya, namun bisa memilih tempat sampah daur ulang khusus botol dan kaleng.
Dari kejadian itu saya berpikir bahwa kebiasaan membuang sampah, selain juga karena dibangun rasa malu, juga telah masuk ke alam bawah sadar mereka.
Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.
Awalnya dulu, resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai perubahan cara membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang tua, yang memprotes cara baru penanganan sampah, karena dianggap merepotkan. Namun dengan penjelasan dan informasi yang terus menerus mengenai manfaat dari pembuangan sampah, resistensi itu berkurang dengan sendirinya.
Tempat Sampah di salah satu Mall kota Tokyo / photo Junanto
Bisakah kita Meniru Jepang?
Melihat proses pembentukan “habit” pengolahan sampah di Jepang tersebut, saya yakin kalau kita di Indonesia bisa meniru Jepang. Kesadaran pada sampah dan lingkungan hidup di Jepang baru tumbuh dalam beberapa puluh tahun terakhir. Artinya hal tersebut bukan terjadi by default pada diri masyarakat Jepang, namun dilakukan by design dengan membentuk habit atau kebiasaan melalu edukasi.
Oleh karena itu, upaya membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai kampanye lingkungan hidup oleh komunitas-komunitas peduli lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Sahabat Kompasianer dari Jogjakarta, Mas Daniel Suharta dan kawan-kawan, perlu banyak dilakukan di setiap kota dan tempat.
Apa yang dilakukan mas Daniel dengan membentuk berbagai program kampanye peduli lingkungan, persis seperti yang dilakukan oleh chonaikai di Jepang, 30 tahun lalu. Meski saat itu pemerintah Jepang belum mendukung dan bergerak, mereka tidak putus asa.  Selama 20 tahun, komunitas tersebut terus konsisten meraih simpati dan berkembang pesat hingga akhirnya malah dapat memberi tekanan sosial pada pihak pemerintah.
Langkah lainnya adalah dengan membuat program edukasi bagi setiap elemen masyarakat. Berbagai brosur dan informasi dibuat untuk anak-anak sekolah sehingga kebiasaan membuang sampah terbentuk sejak kecil. Di sisi lain para orang tua juga harus memberi contoh. Hal ini sangat penting, karena anak-anak meniru apa yang dilakukan orang tua.
Dengan berbagai hal tersebut, pada akhirnya nanti pemerintah mau tak mau akan mendukung gerakan peduli lingkungan. Dan bila demikian halnya, Undang-undang dibuat bukan untuk mengatur, namun hanya meng-amin-i saja realita yang sudah terjadi di masyarakat.
Tak heran, makin maju suatu negara, makin sedikit peraturannya. Di Jepang, saya jarang sekali melihat tulisan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” atau “Dilarang Buang Sampah”. Karena tanpa tulisan itu-pun, masyarakat sudah membuang sampah di tempatnya.
Sumber :


Sabtu, 05 Oktober 2013

Segmentasi dan Analisis Demografi

Menurut Wikipedia Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar juga dapat diartikan sebagai proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar. Jerry W Thomas (2007) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar berdasarkan kesamaan, kemiripan, atau mempunyai keterkaitan yang sama. Tujuan dari segmentasi pasar adalah agar dapat melakukan prioritas, titik berat, atau konsentrasi usaha pemasaran dan mendorong pembagian (atau segmen pasar) untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dalam segmen tersebut. Sedangkan menurut Michael Richarme (2004), tujuan segmentasi pasar adalah membagi konsumen menjadi kelompok-kelompok yang berbeda sedemikian hingga pesan pemasaran dapat dirancang sesuai kebutuhan yang spesifik dari setiap kelompok konsumen tersebut. Setiap segmen pasar memerlukan karakteristik atau fitur produk yang berbeda, strategi promosi yang berbeda, strategi harga yang berbeda, bahkan mungkin saluran distribusi yang berbeda juga. Hal tersebut menunjukkan bahwa identifikasi atau analisis sebuah segmen pasar perlu dilakukan secara hati-hati, bahkan memerlukan metode riset dengan menggunakan teknik analisis yang rumit dan kompelks. Namun semuanya tetap disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik dari perusahaannya. Identifikasi segmen pasar yang baik atau tepat harus memenuhi persyaratan yang mencakup:
1.                  Homogen di dalam segmen tersebut. 
2.                  Heterogen antar segmen. 
3.                  Segmen dapat diukur dan memang penting. 
4.                  Segmen dapat dibedakan secara jelas dari segmen lainnya. 
5.                  Segmen dapat diakses atau digarap dan ditindaklanjuti oleh perusahaan,
6.                  Segmen dapat menjadi sasaran yang menguntungkan.
TIPE ATAU JENIS SEGMEN PASAR
Teknik segmentasi pasar bisa sederhana atau bisa juga cukup rumit. Hal ini tergantung pada seberapa banyak faktor atau variabel yang digunakan untuk membedakan sebuah segmen pasar dibandingkan dengan segmen yang lainnya. Faktor atau variabel tersebut cukup hanya satu atau dua variabel saja, atau mungkin lebih banyak variabel yang digunakan untuk membuat segmentasi pasar. Sejumlah variabel yang digunakan dalam segmentasi pasar adalah sebagai berikut : 
1.                  Variabel Geografis, misalnya wilayah, ukuran populasi, kepadatan, penduduk, iklim, dan lain-lain. 
2.                  Variabel Demografi, misalnya umur, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan, agama, faktor sosioekonomi, bangsa, atau bahasa.  
3.                  Variabel Psikografi, misalnya keperibadian, gaya hidup, nilai yang dianut, atau sikap, dan  
4.                  Variabel Perilaku, misalnya tingkat konsumsi atau penggunaan barang, loyalitas terhadap merek, dan lain-lain.

Berdasarkan faktor pertimbangan atau variabel utama yang digunakan maka segmentasi pasar terdiri dari beberapa jenis atau tipe, yaitu : 
1.                  Segmentasi Geografis
Segmen berdasarkan batas-batas wilayah tertentu, misalnya sebuah perusahaan hanya memasarkan barang atau jasa di wilayah tertentu saja, atau tidak di tempat lain. 
2.                  Segmentasi Distribusi 
Segmen berdasarkan saluran distribusi tertentu saja, misalnya sebuah produk hanya dipasarkan melalui toko-toko tertentu atau sebuah produk pakaian hanya dijual pada satu butik terkenal saja. 
3.                  Segmentasi Media 
Segmen berdasarkan jenis media promosi tertentu, misalnya sebuah produk elektronik hanya dipasarkan melalui promosi gencar hanya melalui TV saja. 
4.                  Segmentasi Harga 
Berdasarkan perbedaan harga, misalnya sebuah perusahaan otomotif memproduksi dan memasarkan mobil dengan jenis berbeda-beda tergantung kisaran harganya (mahal, cukup mahal, atau murah). 
5.                  Segmentasi Demografis 
Segmen pasar berdasarkan karakteristik atau ciri individu dari konsumennya, misalnya produk yang dipasarkan untuk jenis kelamin tertentu, tingkat pendidikan tertentu, atau berdasarkan ciri individu lainnya. 
6.                  Segmentasi Waktu 
Segmen pasar berdasarkan waktu pemasaran atau penjualan tertentu, misalnya sebuah toko hanya buku di waktu-waktu tertentu yang berbeda dengan yang lain, atau malah buka 24 jam. 
7.                  Segmentasi Gaya Hidup atau Psikografi 
Segmen berdasarkan analisis multivariate (banyak aspek) dari konsumennya yang dapat mencakup perilaku, nilai yang dianut, sikap, emosi, persepsi, keyakinan, atau minat. Tipe segmen pasar ini relative lebih kompleks dan biasanya memerlukan kegiatan riset kuantitatif dengan berbagai teknik atau metode riset yang relevan. 
MANFAAT SEGEMNTASI PASAR
Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain :  
1.                  Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai
            kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah. 
2.                  Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.  
3.                  Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.  
4.           Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.  
5.                 Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau periode-periode dimana reaksi pasar cukup besar.

Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai berikut :
1.                  Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya. 
2.                  Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen. 
3.                  Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar. 
4.                  Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.
Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa peranan segmentasi pasar adalah :
1.                   Memungkinkan kita untuk lebih fokus masuk ke pasar sesuai keunggulan kompetitif perusahaan kita. 
2.                  Mendapatkan input mengenai peta kompetisi dan posisi kita di pasar. 
3.                  Merupakan basis bagi kita untuk mempersiapkan strategi marketing kita selanjutnya.
4.                   Faktor kunci mengalahkan pesaing dengan memandang pasar dari sudut unik dancara yang berbeda.

PROSES SEGMENTASI PASAR 
Proses segmentasi pasar terbagi menjadi beberapa tahap yaitu :
Tahap survei;
Tahap analisa data;
Tahap pembentukan segmen-segmen pasar;
Tahap identifikasi segmen-segmen pasar;
Tahap targeting segmen pasar.


ANALISIS DEMOGRAFI
Analisis Demografi adalah analisis penduduk dari rahim hingga liang kubur (from the womb to the tomb) karena meliputi analisis penduduk pada seluruh siklus kehidupan manusia sejak dari kandungan sampai meninggal.

Demografi, ini merujuk data statistik penduduk, termasuk pendapatan, rata-rata umur, dan pendidikan. Kalau menurut Hermawan, demografi ini termasuk dalam Static Attribute Segmentation, atau cara memandang pasar berdasarkan geografis dan demografi. Geografis berarti kita melihat pasar berdasarkan wilayah (negara,kawasan, propinsi, kota). Sedangkan demografi berati kita melihat pasar berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama dan pendidikan.


MANFAAT ANALISIS DEMOGRAFI
1.                  Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalamsuatu daerah tertentu.
2.                  Menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masalampau, kecenderungannya, dan persebarannyadengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia. 
3.                  Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan lain-lain.
4.                  Memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

Sumber :
Jerry W. Thomas (2007) “Market Segmentation”. Decision Analyst.
Beth Horn dan Wei Huang (2009) “Comparison of Segmentation Approaches”. Decision Analyst.